tranformasi jalan legian kuta , 1972-sekarang |
LATAR BELAKANG
Bali adalah suatu daerah yang terkenal akan Pariwisata dan Budayanya bahkan sampai ke manca negara.Keunikan dan Kekuatan bali sendiri hingga menjadi suatu wilayah yang kokoh akan budaya dan tradisinya yang kental adalah tidaklain karena Warga bali dan penerusnya dari generasi ke generasi yang terkenal sangat mensakralkan suatu tradisi ataupun kebudayaannya.Sehingga ini pengaruh pariwisata dibali berimbang dengan tradisi,karena bali menjadikan Kebudayaan dan tradisinya sebagai objek penarik perhatian turis ,meskipun sekarang sedang panas-panasnya persetruan antara pemerintah dengan warga bali terkait Reklamasi teluk benoa.
Walau Bali adalah pulau yang sangat kecil ,tapi di pulau seribu Pura ini ada lebih dari 1.482 desa pekraman.Menurut Pengamat Populasi Penduduk Daerah ,dalam setahun ada sampai 11 desa pekraman baru di Bali.
Tidak hanya itu Kebudayaan,Tradisi dan Logat bahasa setiap kecamatan atau desa semuanya hampir memiliki variasi.Hal itu tidak terlepas oleh sejarahnya dan era kepemimpinannya,mulai dari:
- Bali Kuno,pemerintahan dinasti warmadewa
- Jaman Pertengahan,Pemerintahan Raja Klungkung
- Masa Koloni
- Zaman Modern seperti sekarang ini
Sudah Beberapa abad berlalu ,kini perubahan di bali sangat signifikan mulai dari kebiasaan, gaya hidup, pembangunan, adat atau awig-awig yang dimodifikasi atau mendapat pembaruan seiring dengan berkembangnya peraturan-peraturan daerah dan pemerintahan. Bali cukup terpengaruh dengan masuknya budaya-budaya asing yang senantiasa mempengaruhi kehidupan masyarakat sekarang akibatnya sejarah Bali mulai dilupakan bahkan tidak dianggap penting lagi mengingat tujuan utama sekarang adalah bisnis untuk memperoleh materi. Alhasil kebudayaan, kesenian dan obyek wisata Bali dapat ''dijual'' mengahsilkan uang, tidak jarang juga tanah yang diwarisi leluhur menjadi korban pariwisata.
Untuk mengenang kembali bali kita yang mungkin sudah sangat berubah dari masa kemasa,anda bisa simak photo berikut yang berhasil terdokumentasi dan menjadi arsip-arsip setiap daerah.
Upacara Ekadasa Rudra pura Besakih tahun saka 1900 atau 1979 Masehi
Upacara ini berlangsung 100 (seratus) tahun sekali dan akan dilaksanakan kembali di tahun 2079 mendatang
|
Pura Goa Lawah tahun 1930 terletak di Kabupaten Klungkung
Pura Goa Lawah sekarang
Pura Besakih 1920 - 2015
Ulun Danu Beratan 1930
Ulun Danu 1935 - Sekarang
Jembatan Tukan Unda Kabupaten Klungkung 1921 - 2011
Transportasi Bemo (Roda 3) tahun 1934 : tampak dalam gambar kendaraan tujuan Sanglah
Tirta Gangga 1959 - Sekarang
Tegalalang, Ubud, Gianyar 1930
Tanah Lot, Tabanan 1930
Tanah Lot 1958 - Sekarang : Suasana masih adanya daratan disekitar pura
Taman Ujung, Kabupaten Karangasem 1930
Pertunjukan Musik : Tahun 1910 untuk pertama kalinya masyarakat bali mendengarkan lagu dan musik
Candi bentar (Gerbang) pura Uluwatu, Kabupaten Badung tahun 1920 - Sekarang
Pura Besakih ( jalan menuju Pedharman ) tahun 1966 - Sekarang
Kawasan Pura Besakih tahun 1959 - Sekarang
Puputan Badung 1900 ; Pertahanan Masyarakat Bali dalam menghadapi Belanda
Polisi berpatroli melintasi jalan Iman Bonjol Denpasar menuju Kuta dengan sepeda Ontel tahun 1979.
Persimpangan jalan di kabupaten klungkung tahun 1970.
Penelokan, Kintamani, Bangli tahun 1930
Patung Catur Muka Denpasar tahun 1980 ; suasana belum begitu ramai seperti sekarang
I Gusti Ketut Jelantik 1849 : Patih Raja Buleleng yang terkenal atas kemenangannya melawan Belanda dalam peristiwa Puputan Jagaraga
Pembuatan Jalur Bali Utrara tahun 1935 : Kerja Rodi ( tanpa upah) pembuatan jalan di desa Gitgit kabupaten Buleleng
Baca Juga
Kegiatan mencuci pakaian di sungai desa Bungkulan, Singaraja tahun 1920
Ritual pernikahan di kabupaten Buleleng tahun 1930
Ontel tahun 1979 : para wanita Bali mulai menggunakan sepeda Ontel menuju sawahnya
Persimpangan jalan di kabupaten Gianyar tahun 1971
Jalan Raya Legia, Kuta, Badung tahun 1975 ; tampak masih asri
Pura Batu Karu tahun 1925 - Sekarang
Pohon Beringin di Desa Marga, Tabanan tahun 1912
Candi Dasa, Karangasem tahun 1930
Cetak genteng : kegiatan mencetak genteng mulai diterapkan tahun 1910 lokasi tidak diketahui
Tepi danau Beratan, Tabanan tahun 1930
Gunung Agung Erupsi 1963 : Peristiwa meletusnya gunung Agung di kabupaten Karangasem pada tahun 1963
Candi Gunung Kawi 1930
Hotel Inna Bali Denpasar tahun 1960 - Sekarang
Jalan Gajah Mada Denpasar tahun 1975 - Sekarang
Jalan raya Monkey Forest, Ubud tahun 1989
Jalan Gajah Mada Denpasar tahun 1975
Jalan Legian, Kuta tahun 1972 - Sekarang
Jalan penghubung antara Karangasem dengan Klungkung tahun 1930
Kapal Fery yang mulai beroperasi di pelabuhan Gilimanuk, Jembrana tahun 1972
Legian, Kuta tahun 1985
Kegiatan Manyi (memanen padi) di Ubud, Gianyar tahun 1970
Melayangan (bermain layangan) sudah ada sejak dulu : foto tahun 1930
Pantai Kuta tahun 1972 : Begitu asri, bersih dan lestari sangat berbeda dengan yang sekarang
Pantai Kuta tahun 1972 - Sekarang
Pantai Sanur 1975 - 2015 ; Tingkat Abrasi yang semakin meningakat
Pasar tradisional Kuta tahun 1982
Undagi ( Tukang Bangunan Bali ) tahun 1930 : Masih sangat sederhana dan menggunakan peralatan tradisional
KESIMPULAN
Sudah disimak gambar diatas?Perkembangan bali begitu pesat bukan?dalam kurang 40 tahun saja bali sudah sangat berkembang seperti saat ini dan menjadi ikon pariwisata Dunia.
Tapi sudah tak terhitung juga berapa kebudayaan dan tradisi yang telah hilang dari bali tempo dulu sampai sekarang,bahkan mungkin kita tidak tau tradisi dan kebudayaan apa saja itu.
Apalagi dalam beberapa tahun ini pemerintah gencar memberikan investor luar menaruh saham dengan alasan menambah Pengunjung Mancanegara ataupun Domestik yang datang kebali ,contoh realnya adalah Proyek Reklamasi di Teluk Benoa dan itu sangat berpengaruh bagi kebudayaan maupun Ekosistem di Bali.
Selanjutnya bagaimanakah bali beberapa tahun kedepan?sejauh apakah perubahan gambar-gambar diatas?Masihkah anak cucukita menikmati tempat-tempat wisata yang masih sarat akan spiritual ,budaya dan tradisinya?
Haruskah bali hancur karena gila pariwisata?
Haruskah bali hancur karena gila pariwisata?
Komentar
Posting Komentar